Bersama Dina dari Trans7
Karang-karang kecil yang baru mau tumbuh
Hari sudah mulai senja dan kami sudah harus berkemas untuk mengangkut semua logistik ke kapal Kalabia dan memulai trip berikut ke pulau Batanta. Hujan lumayan deras, sehingga cukup merepotkan. Apalagi cuaca di kota sorong kurang bersahabat, ombak lumayan besar dan bikin puyeng. Tetapi tidak menyurutkan aku dan teman-teman untuk menempelkan telinga di handphone masing-masing untuk memberi kabar ke orang-orang terkasih.
Ketika asyik nelpon, oupss... aku lupa sesuatu. Ternyata aku belum memasukan berita di RRI untuk memberitahukan jadwal keberangkatan Kalabia ke 4 kampung di Batanta yaitu kampung Yensawai, Arefi,Amdui dan Yenanas. Akhirnya ditengah gelombang, aku hubungi Tawaru, sahabat penyuku yang baik hati untuk memasukkan berita ke RRI, supaya masyarakat di kampung bisa siap untuk kedatangan kami.
Pukul 10 malam, kami tiba di kampung Yensawai setelah menempuh perjalanan 4 jam dari Sorong. Ternyata masyarakat sudah menanti kami dengan group tari-tarian. Walupun tanpa penerang yang baik, hanya dengan lampu petromax, mereka menyambut kami dengan tarian Mansorandak (cuci muka bagi pendatang) dan kebetulan yang menjadi perwakilan dari Kalabia adalah Kapten Hamid, aku, Eko dan Dina dari Trans7 yang bersama kami untuk meliput kegiatan anak-anak di Raja Ampat untuk program Cita-citaku dan Laptop si unyil. Waktu mengikuti prosesi itu agak merinding juga, soalnya semuanya sangat tradisional, baik dari lagunya maupun dari pakaian adat yang dipakai. Setelah itu, masyarakat mengajak kami untuk menari sulingtambur bersama keliling kampung, tarian yang paling gampang dan paling aku sukai di Papua ini. Setelah berolaraga sejenak dengan tarian, kami kembali ke kapal untuk istirahat karena besok kami akan memulai proses pendidikan lingkungan hidup kelautan bagi anak-anak di wilayah Raja Ampat.
Biasanya Pukul 6 pagi, kami sudah harus bangun dan siap-siap karena jam 7 anak-anak sudah berkumpul untuk sarapan dan olahraga sebelum memulai proses Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Kelautan. Tetapi karena hari ini hari minggu, makanya kami masih bisa tidur lebih lama karena masyarakat di kampung lagi gereja dan aku tidak ke rumah Tuhan, jadinya ya... tidur ^_^
Jam 11 siang baru kami ke kampung untuk memulai proses. Anak-anak di kampung Yensawai cerdas-cerdas, ada beberapa yang nakalnya minta ampun. Dan waktu di Yensawai, aku kebagian menjadi Fasilitator umum. Alhasil, suaraku habis bow....
Teriak-teriak aja kerjaannya. Apalagi kami tidak sempat makan siang, karena Valend ke kampung Arefi dengan speed sehingga kami hanya pakai kayag untuk ke kapal ambil roti di Kalabia. Dan saat itu kami makan siang dengan roti dan kelapa muda yang di ambil Om Leo Saleo. Sangat menyenangkan kegiatan kami, karena mengajar dan bermain adalah hal yang selalu kami lakukan. Walaupun kadang-kadang terasa capek juga kalau kebanyakan bermain. semua materi yang kami berikan tentang ekosistem pesisir bagi anak-anak kelas 4-6 SD.
Hari kedua waktu kami di Yensawai, tamu dari WFF datang untuk mengunjungi dan melihat proses yang kami lakukan dengan kapal pesiar Putri Papua. Kebetulan saat itu anak-anak perserta program ada di atas kapal untuk bermain tebak satwa dan belajar tentang karang. Saat itu, kami benar-benar jadi artis, karena semua kamera fokus ke kita-kita.
Kegiatan kami di setiap kampung hanya 3 hari, full dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore dengan break untuk makan siang 1 jam. Cukup melelahkan, tetapi kami bisa atasi itu dengan melihat tawa canda anak-anak yang polos dan sikap mereka yang lucu-lucu. dan anak-anak di setiap kampung yang kami kunjungi sangat antusias dengan semua kegiatan kami. sehingga setiap kami bertanya "Apakah kalian capek?" pasti dengan sangat nyaring dan serentak mereka akan menjawab "Tidaaaaakkkk"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar